CONTOH NASKAH DRAMA PERSAHABATAN+UNSUR INTRINSIK EKSTRINSIK
Analisis Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik
Drama
Disusun
Oleh :
1.
Aurum
Wanda Dewana
2.
Fajri
Febriani Muslih
3.
Henu
Angger Subekti
4.
Ifti
Luthviana Dewi
5.
Muhammad
Huda Widodo
6.
Primastutik
Yulia Arumsari
SMA
NEGERI 1 BANTUL
Jalan Wakhid
Hasyim Bantul, Bantul, Yogyakarta
·
Naskah
Drama
Dendam
Menghancurkan Persahabatan
Siang itu saat jam istirahat, empat orang siswa dan
siswi yang sudah bersahabat sejak lama yaitu Melia, Rara, Florina, Fira dan Salsa
sedang duduk santai di kantin.
Meisya : “Eh, kalian mau pesan minuman apa ?”
Rara :
“Aku es jeruk dong.”
Salsa :
“Aku juga es jeruk.”
Meisya :
“Yaudah, semuanya es jeruk aja ya, biar sama.”
Florina :
“Iya gitu aja biar nggak kelamaan buatnya.”
Meisya :
“Oke deh.” (sambil bangkit dan memesan minuman)
Fira : “Minumnya biar aku aja ya
yang bayar. Udah lama banget nggak nraktir
kalian nih.”
Rara dkk :
“Makasih ya Hen.” (terlihat sangat senang)
Bel tanda masuk berbunyi.
Florina :
“Eh udah bel tuh. Ke kelas yuk !” (sambil berdiri)
Meisya dkk :
“Yuk !” (seraya bangkit dan mengajak teman yang lain)
Di kelas, pelajaran sudah di mulai. Ibu guru telah
berada di depan kelas untuk melanjutkan pelajaran minggu lalu.
Guru : “Anak-anak, seperti yang sudah
Ibu tugaskan minggu lalu, kita akan belajar membuat telur asin. Silahkan kumpul
dengan anggota kelompok masing-masing. Kemudian keluarkan barang-barang yang
sudah ibu suruh bawa dan letakkan di atas meja.”
Florina : “Kalian bawa barang yang udah
dibagi kemarin kan ?”
Fira
dkk : “Bawa dong.” (mengeluarkan
barang-barang dan menaruhnya di atas meja)
Salsa : “Kok abu gosoknya banyak
banget sih. Kita kan Cuma butuh dikit.”
Meisya : “Emang segitu kok abu gosoknya.”
Fira : “Tapi setauku enggak
sebanyak ini. Ini sih berlebihan.”
Rara : “Emang segitu kok Hen.”
Florina : “Kok kalian nggak percaya sih ?
Bener kata Meisya dan Rara, abu gosoknya emang segitu.” (sedikit kesal)
Salsa : “Tapi nggak sebanyak itu Flor.
Iya kan Hen ?”
Fira : “Iya, nggak sebanyak itu.
Sini biar aku aja yang ngerjain !” (mengambil abu gosok)
Meisya : “Biar aku aja! Kalian itu nggak
tau.” (mengambil abu gosok dari tangan Fira)
Melia, Rara, Florina, Fira dan Salsa saling berebut
abu gosok dan akhirnya semua abu gosoknya tumpah dan mereka terjatuh.
Guru :
“Apa-apaan ini ? Kenapa abu gosoknya tumpah dan berantakan seperti ini ?
Sekarang kalian bersihkan sampai bersih dan nilai kalian Ibu kurangi.”
(terlihat marah)
Fira : “Gara-gara kalian sih,
nilai kita jadi dikurangin !” (bicara pada Florina, Meisya dan Rara)
Rara :
“Kok jadi kita sih yang disalahin ? Itu semua kan gara-gara kamu!”
Salsa :
“Ini gara-gara kamu!”
Florina :
“Kalian sih ngrebut abu gosoknya ! Jadi kita yang kena impasnya.”
Mereka saling menyalahkan satu sama lain tanpa ada
satupun yang mau mengalah dan minta maaf. Persahabatan mereka terpecah. Fira
dan Salsa menjauh dari Florina, Meisya dan Rara. Mereka saling berencana untuk
membalas dendam.
Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia, mereka sedang
belajar di perpustakaan.
Florina : “Eh eh eh, kalian kasih buku
ini ke Salsa sama Fira. Biar mereka dimarahin sama Bu Guru. Biar tau rasa.”
(berbisik-bisik dengan Meisya dan Rara sambil menyobek buku perpustakaan)
Meisya : “Nih ada buku. Bu Guru nyuruh
kalian baca.” (memberikannya dengan malas-malas)
Rara : “Ibu Guru! Lihat deh, Salsa
sama Fira ngrobek buku perpustakaan !” (setengah berteriak sambil menunjuk Salsa
dan Fira)
Guru : “Apa yang kalian lakukan
sama buku itu ? Dasar anak nakal, selalu saja berulah. Sekarang kalian ibu
hukum untuk merapikan buku di perpustakaan ini!” (sangat marah)
Fira : “Tapi bukan kita Bu
pelakunya. Kita Cuma dijebak.”
Guru : “Tidak usah banyak alasan !
Jalani saja hukuman yang Ibu berikan!”
Salsa : “Baik Bu.”
Saat di kelas, Ibu Guru sedang menjelaskan pelajaran,
namun Florina, Meisya dan Rara justru ramai sendiri dan mengobrol di kelas. Ibu
Guru yang melihatnya menjadi jengkel dan marah karena merasa tidak dihargai.
Guru :
“Rara, Florina, Meisya ! Apa yang sedang kalian lakukan ? Ibu sedang
menerangkan tapi kalian justru ramai sendiri. Sudah merasa pintar ?”
Meisya :
“Engenggak Bu. Maafkan kami.”
Guru :
“Kalian Ibu hukum karena terlalu sering berbuat onar. Sepulang sekolah, kalian
bertiga bersihkan kelas sampai bersih.”
Florina :
“Ta tapi Bu”
Guru :
“Tidak ada tapi-tapian. Lakukan saha tugas kalian.”
Sepulang sekolah, Florina, Meisya, dan Rara
melaksanakan hukuman yang diberikan Ibu Guru. Setelah selesai, Salsa dan Fira
menghampiri mereka bertiga.
Florina :
“Mau apa kalian ? Mau mengejek kami ?”
Fira : “Kita capek musuhan terus
terus sama kalian. Lebih baik kita baikan dan bersahabat lagi.”
Rara : “Benar kata Fira. Kita jadi
sering dihukum karena saling mecoba balas dendam.”
Meisya : “Aku juga setuju dengan mereka.”
Salsa : “Aku juga.”
Florina : “Sebenernya, aku juga ngerasa
kaya gitu. Kalo gitu, maafin kami ya.”
Fira
dan Salsa: “Iya, maafin kita juga ya. Kita sahabatan lagi kan ?”
Rara : “Tentu. Jangan pernah marahan
lagi kaya kemarin ya.”
Mereka berlima akhirnya saling bermaafan dan kembali
bersahabat seperti dahulu. Tidak ada permusuhan lagi diantara mereka.
·
Unsur
Intrinsik
o Judul : Dendam Menghancurkan
Persahabatan
o Tema : persahabatan
o Latar :
-
Tempat : kantin, ruang kelas, perpustakaan
-
Waktu : siang hari, saat istirahat, saat pelajaran, saat
pulang sekolah
-
Suasana : bahagian, haru, marah, kesal
o Alur : maju
Permulaan :
Florina, Meisya, Rara, Slasa dan Fira mereka dalah lima orang siswi di salah
satu sekolah yang sudah bersahabat sejak lama.
Pengenalan masalah: Salsa dan Florina saling
berargumen menganai jumlah abu gosok yang akan mereka gunakan, Fira membela
Salsa sedangkan Meisya dan Rara membela Florina.
Puncak masalah :
Persahabatan mereka terpecah menjadi dua. Salsa dengan Fira sedangkan Florina
dengan Meisya dan Rara. Dua kubu yang dulunya sahabat itu saling mencoba untuk
membalas dendam.
Penurunan :
Akhirnya mereka sadar bahwa permusuhan mereka hanya disebabkan oleh hal yang
sangat kecil, mereka lalu saling minta maaf.
Penyelesaian :
Mereka berlima bersahabat kembali.
o Bahasa : mudah dipahami dan
menggunakan bahasa sehari-hari.
o Tokoh : Florina, Meisya, Rara,
Salsa Fira, Guru
o Penokohan :
-
Florina : keras kepala, tidak mau mengalah, pemaaf
-
Meisya : pemaaf
-
Rara : pemaaf
-
Fira : pemaaf
-
Salsa : keras kepala, tidak mau mengalah, pemaaf
-
Guru : tegas, bijak
·
Unsur
Ekstrinsik
§
Nilai Moral :
o
Jangan saling menyimpan dendam
kepada teman maupun kepada orang lain.
o
Rendah hati terhadap siapapun.
o
Suka memberi dan mengasihi antar
sesama teman.
§
Nilai sosial :
o
Menjaga persahabatan di antara
teman merupakan hal penting
o
Pendapat masing-masing orang berbeda-beda
maka seharusnya kita menghormati dan menghargai masing-masing pendapat
tersebut.
§
Nilai budaya :
o
Siapa yang berbuat salah maka dia
yang akan mendapat hukuman.
o
Seseorang yang berbuat salah kepada
orang lain maka dia yang harus meminta maaf.
CONTOH PRANATA ADICARA RINGKAS
Berikut adalah salah satu tugas SMA saya dulu, ngepost ini gegara bingung mau ngepost apaan, udah lama nggak ngepost, padal buka blog juga lumayan rajin tapi bingung mau ngapain, yah begitulah bujangan.
contoh pranata adicara yang ringkas, lumayanlah buat maju saat pelajaran bahasa jawa dikelas, kalo dihafalin juga gak terlalu panjang. so, here is..
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
contoh pranata adicara yang ringkas, lumayanlah buat maju saat pelajaran bahasa jawa dikelas, kalo dihafalin juga gak terlalu panjang. so, here is..
PRANATA ADICARA
|
Pajenenganipun
para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang kinurmata. Mangga
ngaturaken puji syukur wonen ngarsanipun Allah SWT ingkang sampun paring
kesehatan, kesarasan lan kawilujengan dumateng kita sedaya. Sahenggo kito saged
nderek sungkawa dhumateng sedanipun Bapak Abdul ing wekdal punika.
Ngaturaken
agunging panuwun, saha ngauraken sugeng rawuh. Keparenga kula minangka
pranataning adicara kasripahan. Ingkang saklajengipun kula badhe wasaken
menggah urut-urutaning adicara ingkang badhe kita ampahi inggih menika :
1.
Pambuka
2.
Atur pambagyaharja
3.
Atur bela sungkawa saking wakil
takziyah
4.
Donga
5.
Panutup
Menika
kalawau urut-urutaning adicara ingkang badhe kalamahan ing wekdal menika.
Sakderengipun
adicara ing wekdal menika kita bikak kanthi maos bismillah.
Adicara
nomer kalih inggih menika atur pambagyaharja. Badhe kaaturaken dening Bapak
Damar minangka tuan rumah. Sumangga
wekdal kula aturaken sakcekapipun.
Mekaten wau atur pangandikan saking
tuan rumah, dumateng Bapak Damar kula aturaken agunging panuwun.
Saklajengipun atur belasungkawa
ingkang kaping kalih badhe kaaturaken dening Bapak Marda minangka Bapak Dukuh.
Dumateng Bapak Marda wekdhal kula sumanggaaken.
Mekaten atur belasungkawa saking Bapak
Dukuh, kula aturaken maturnuwun.
Adicara kaping tiga inggih menika
donga kagem arwahipun Almarhum Bapak Abdul, samangkeh badhe pun salirani
panjenenganipun kaum rais, wekdal saha panggenan kula sumanggakaken.
Maturnuwun dumateng kaum rois ingkang
sampun atur donga kagem arwahipun Almarhum Bapak Abdul.
Saklajengipun acara ingkang kaping
pungkasan inggih punika panutup. Pamila mangga kita tutup kanthi waosan
hamdallah.
DRAMA BAHASA JAWA
DRAMA BASA
JAWA
ATIKU
KESANGKUT DOMPETMU
Anggota
Arfan Amru Jihad (05)
Aurum Wanda Dewana (08)
Ifti Luthviana Dewi (16)
Pandhu Prisnawan (25)
Rahma Wiranti Lestari (27)
Kelas XII A2
SMA N 1 BANTUL
TAHUN AJARAN 2014/2015
Atiku
Kesangkut Dompetmu
Wonten salah satunggaling desa inggih menika Desa Makmur,
wonten keluarga ingkang gesangipun rukun lan sae inggih menika keluarga Bapak
Wahono. Bapak Wahono kagungan putra naminipun Pandhu. Pandhu bocah ingkang
sopan lan alus anggenipun ngendika, ananging amargi srawung kaliyan bocah urakan,
Pandhu dados bocah ingkang ngeyel.
Bapak
|
:
|
“Le,,,Pandhu!
Ndeneo sipek!”
|
Pandhu
|
:
|
“Ana
apa Pak?”
|
Bapak
|
:
|
“Terno
undangan iki nggone Pak Prapto ya Le.”
|
Pandhu
|
:
|
“Gah
aku Pak, aku arep mancing.”
|
Ibu
|
:
|
“Weleh….mbok
ya nek karo wong tuo ki sik sopan.”
|
Bapak
|
:
|
“Ya
uwis Bu, nek ora gelem ya orapapa.”
|
Ibu
|
:
|
“Ora
isa ngono kuwi Pak, cah enom sakiki wis akeh sik pada ora reti unggah-ungguh,
aja nganti Pandhu melu-melu.”
|
Bapak
|
:
|
“Ya
uwis…Ya uwis,,,rasah do ribut.”
|
Boten langkung suwe, kancanipun Pandhu teka ngampiri.
Kunto
|
:
|
“Pandhu….!”
|
Pandhu
|
:
|
(mlayu
mekdal saking griya) “Weh sipek yo bro aku njupuk kunci motor sipek.”
|
Kunto
|
:
|
“Ya,,cepet
ya bro!”
|
Kunto
|
:
|
“Ya,
beres.
|
Pandhu lajeng mlebet kamaripun mbakyune badhe nyambut kunci motor, amargi
motoripun badhe dingge mancing.
Pandhu
|
:
|
“Mbak,
aku jileh kunci motore!”
|
Wanda
|
:
|
“Arep
nang ngendi?”
|
Pandhu
|
:
|
“Mancing.”
|
Wanda
|
:
|
“Wegah,mengko
sore aku arep les.”
|
Priima
|
:
|
“Alah
mbak…mbok ora pelit.”
|
Wanda
|
:
|
“Sapa
sing pelit? Luwih penting les mbangane mancing.”
|
Pandhu
|
:
|
“Dilit
wis.!”
|
Wanda
|
:
|
“Ya,
nanging jam 4 mengko kudu wis bali!”
|
Pandhu
|
:
|
“Ya”
|
Pandhu banjur metu saking kamaripun mbakyune, lajeng pamit kaliyan ibunipun.
Pandhu
|
:
|
“Bu,
mancing” (sinambi lunga)
|
Ibu
|
:
|
“Ealah….mbok
ya nek pamit kuwi sing bener.”
|
Lia Pandhu
|
:
|
“Kesusu!”
|
Ibu
|
:
|
(gedheg-gedheg)
|
Pandhu
lajeng mancing kaliyan kancanipun. Saking penakke mancing, Pandhu ngantos
kesupen wekdal.
Pandhu
|
:
|
“Waduh
lali aku.” (sinambi napuk bathukke dewe)
|
Kunto
|
:
|
“Ngapa
bro?”
|
Pandhu
|
:
|
“Sakiki
jam piro?”
|
Kunto
|
:
|
(Ningali
jam tangan) “Jam setengah lima.”
|
Pandhu
|
:
|
“Waduh,
aku sipek ya. Motore arep dinggo mbakyuku je.”
|
Kunto
|
:
|
“Lha
ra sido mbakar iwak po piye Bro?”
|
Dereng
ngantos dijawab, Pandhu lajeng lunga. Nalikanipun madosi kunci wonten sak,
dompetipun kecer. Ananging Pandhu boten mangertos amargi kesesa.
Saksampunipun
Pandhu lunga, wonten Ifti ingkang lewat dalan menika saking tumbas bumbu masak.
Ifti
|
:
|
(Mendhet
dompetipun Pandhu) “Dompete sapa ya iki? Ah ya wis gawa mulih wae.”
|
Saksampunipun wonten griya, Ifti lajeng
nyaoske bumbu masakipun dhumateng ibu Nisah.
Ifti
|
:
|
“Bu,
niki bumbunipun. Artane turah gangsal ewu.”
|
Ibu
|
:
|
“Oh
ya. Duite tok pek wae Nok, nek tok nggo tuku LKS.”
|
Ifti
|
:
|
“Botensah
Bu, kula sampun nabung kok kangge tumbas LKS.”
|
Ibu
|
:
|
“Ow
ya wis nek ngono.”
|
Ifti
lajeng mlebet kamar lan bukak dompet ingkang ditemu wau. Dompet wau wonten
fotonipun ananging boten wonten identitas sinten ingkang nggadhahi dompet
menika.
Ifti
|
:
|
(sinambi
ningali foto wonten dompet) “Sapa ya iki? Bagus tenan.” (mesam-mesem)
|
Wonten
griyanipun Pandhu, Pandhu bingung madosi dompetipun. Pandhu nyuwun pirsa kalih
keluarganipun.
Ibu
|
:
|
“Kowe
kui ngapa to Le? Ket mau kok mubeng-mubeng, apa sing ilang?”
|
Pandhu
|
:
|
“E…mboh
Bu! Dompetku ilang.”
|
Ibu
|
:
|
“Loh
lha adate le deleh neng ngendi?
|
Pandhu
|
:
|
“Ya
neng sak, tapi mau tak tilekki wis ora ana.”
|
Ibu
|
:
|
“Coba
takono mbakyumu.”
|
Pandhu
|
:
|
“Mbak,
ngerti dompetku ora?”
|
Wanda
|
:
|
“Dompet
apa to? Wong ya duwe dompet dewe-dewe kok ya ngributi wong liya.”
|
Ibu
|
:
|
“Oalah….mulakno
nek deleh dompet ki ora sak nggon-nggon. Ning omah iki ora ana sik jupuk
dompetmu.”
|
Pandhu
|
:
|
“Aargh…mboh.”
|
Wanda
|
:
|
“Sabar
nggih Bu….”
|
Bapak
|
:
|
“Ana apa iki?”
|
Wanda
|
:
|
“Dompetipun
Pandhu ilang Pak, lajeng muring-muring.”
|
Bapak
|
:
|
“Ya
wis rapapa. Jenenge wae lagi kelangan dompet. Wajar nek muring-muring.”
|
Wanda
|
:
|
“Pak,
menawi Pandhu dipunleske matematika wonten nggene Bu Nisah pripun?
|
Bapak
|
:
|
“Loh
loh loh…kok dadi matematika kepiye to?”
|
Wanda
|
:
|
“Pandhu
nate cerita menawi boten saged pelajaran matematika. Bu Nisah niku tiyang
ingkang ndemenakake Pak, mangke Pandhu ugi lajeng dipun ajari unggah-ungguh.
Pripun Pak?”
|
Ibu
|
:
|
“Ibu
setuju kuwi.”
|
Bapak
|
:
|
“Ya
wis nek ngana. Nda, mengko ajaken Pandhu ning daleme Bu Nisah!”
|
Wanda
|
:
|
“Nggih
Pak.”
|
Wayah
sore, Wanda lan Pandhu lajeng sowan wonten dalemipun Bu Nisah. Ananging Pandhu
boten mangertos badhe dipunajak wonten pundi.
Wanda
|
:
|
Tok…tok…tok…(Wanda
ndodok lawang) “Assalamualaikum.”
|
Ibu
|
:
|
(Bikak
lawang) “Waalaikumussalam. O…eneng tamu to. Mlebet rumiyin.”
|
Wanda
saha Pandhu banjur mlebet wonten dalemipun Bu Nisah.
|
||
Wanda
|
:
|
“Kula
Wanda Bu, niki Pandhu rayi kula.”
|
Ibu
|
:
|
“Ow…nggih.
Niki putranipun Bu Nur to?”
|
Wanda
|
:
|
“Inggih
Bu.”
|
Ibu
|
“Ifti….!”
(Ibu Nisah dangu putrinipun)
|
|
Ifti
lajeng mekdal. Ananging Ifti kaget lan campur seneng amargi ketemu Pandhu
inggih menika tiyang ingkang wonten foto.
|
||
Ibu
|
“Niki
putrinipun ibu, naminipun Ifti.”
|
|
Ifti
banjur salaman Wanda lan Pandhu.
|
||
Ibu
|
:
|
“Nok,
tulung jupukno wedhang yo kanggo Mas Pandhu karo Mbak Wanda”
|
Ifti
|
“Nggih
Bu…”
|
|
Ifti
banjur mlebet nyepakkaken wedhang saha camilan kangge Wanda lan Pandhu.
|
||
Wanda
|
:
|
“Sowan
kula wonten ngriki badhe ndaftaraken Pandhu les matematika.”
|
(Pandhu kaget, ananging
badhe nolak boten wani amargi deweke nembe mertamu)
|
||
Ibu
|
“Ow,,ngana
to…Nggih.”
|
|
Ifti
lajeng mekdal nyuguhke wedang lan camilan lajeng mlebet malih.
|
||
Wanda
|
:
|
“Dadosipun
pripun Bu?”
|
Ibu
|
:
|
“Ya,sesuk
Senin jam 2 lekase.”
|
Wanda
|
:
|
“Ow
nggih. Gendeng sampun cekap, kula lan Pandhu badhe pamit rumiyin.”
|
Ibu
|
|
“Weh,
lah kok kesesa, diombe sikek.”
|
Wanda lan Pandhu ngunjuk lajeng pamitan kalih ibu Nisah.
Nalikanipun Pandhu nembe dolan kalih kanca-kancanipun, Pandhu nyritakaken
kedadean menika.
Pandhu
|
:
|
“Cah,
mosok aku didaftarke les matematika to.”
|
Kunto
|
:
|
“Apa?
Hahahaha…”
|
Kunto
|
:
|
“Ket
kapan kowe les matematika ki? Hahaha…. Awakdewe ki anak punk men! Suwe-suwe
kriting rambutmu nek les matematika. Mosok anak punk rambute kriting.
Hahaha….””
|
Pandhu
|
:
|
“Asem!!!
Malah do nggeguyu aku.”
|
Kunto
|
:
|
“Salahmu
dewe gelem dileske.”
|
Pandhu
|
:
|
“Tak
kira mbakyuku arep ngewangi aku goleki dompet. Eh….jebule kuthuk marani
sunduk.”
|
Kunto
|
:
|
“Ya
wis bro….aku ngewangi goleki dompetmu kok.”
|
Pandhu
|
:
|
“Wah
kowe pancen sohibku paling josss!”
|
Dinten Minggu sampun kalampahan, sakniki dinten Senin, Dinten ingkang
dipuntunggu Ifti kangge mbalekaken dompetipun Pandhu.
Ibu
N
|
:
|
“Kuwi
mau materine, sakniki coba soal iki garapen.”
|
Pandhu
lajeng garap soal ingkang dipunparingi kaliyan Bu Nisah.
|
||
Pandhu
|
:
|
“Niki
Bu, sampun.” (sinambi maringke garapanipun Pandhu)
|
Ibu
N
|
:
|
(Mriksa
garapanipun Pandhu) “Iki wis bener, kurang nulis rumuse neng duwure. Yo wis,
gandeng wis sore sakiki dipungkasi wae.”
|
Pandhu
|
:
|
“Nggih
Bu, gandeng sampun cekap kula pamit rumiyin. Assalamu’alaikum.”
|
Ibu
|
:
|
“Waalaikumussalam.”
|
Nalikanipun Pandhu metu omah Ifti sampun ngenteni wonten jobo.
Ifti
|
:
|
“Pandhu,,.”
|
Pandhu
|
:
|
“Eh,
Ifti, ana apa?”
|
Ifti
|
:
|
“Aku
arep takon.”
|
Pandhu
|
:
|
“Yo.”
|
Ifti
|
:
|
(Nduduhaken
dompet) “Iki dompetmu duduk Pandhu?”
|
Pandhu
|
:
|
(Gumun)
“Iya bener. Kok iso eneng neng gonmu?”
|
Ifti
|
:
|
“Aku
nemukake neng dalan cedak kali.”
|
Pandhu
|
:
|
“Ow
iyo..aku lagi kelingan nek aku dek emben mancing.”
|
Ifti
|
:
|
(Maringke
dompetipun marang Pandhu) “Maaf geh, wingi aku durung sempet menehke dompet
kuwi.”
|
Pandhu
|
:
|
“Ora
papa kok. Nuwun nggih.”
|
Ifti
|
:
|
“Nggih.”
|
Ifti lan Pandhu lajeng mantuk. Sakwise ngertos menawi Ifti bocah kang becik, Pandhu
dados bocah ingkang becik ugi.Kanca-kancane ingkang badhe ngewangi goleki
dompetipun Pandhu malah boten ketemu lan Pandhu boten srawung kalih
kanca-kancanipun ingkang boten sae rumiyin.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ads
-
How to Operate Blender • Make sure the switch is off. • Place ingredients into the blender container. Add some water if needed. • Put t...
-
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim Katalase pada Hati dan Jantung Ayam” Di...
-
Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama Disusun Oleh : 1. Aurum Wanda Dewana 2...