Pembalasan
Dendam Seorang Bedebah
Judul
buku : Negeri Para Bedebah
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun
terbit : 2012
Tebal
buku : 440 halaman
Bagaimana
rasanya saat kau memilih untuk mencoba menghapus namamu dari kenangan masa lalu
dan mengemban hidup sebagai kertas putih yang baru? Hingga saat itu Thomas
berhasil lahir kembali dari keterpurukan masa lalu, hidup sebagai konsultan
keuangan professional di usia yang relatif muda, petarung handal—sekadar hobi--
cukup puas dengan jeri payahnya selama ini. Hingga dering telepon di tengah
malam itu membuat Thomas harus kembali berperang melawan para bedebah di masa
lalu.
Bank
Semesta tumbang, begitu kata Ram. Thomas tidak pernah peduli pada Om
Liem—pendiri Bank Semesta sekaligus omnya—karena selalu teringat oleh masa lalu
yang dibencinya. Namun, ia memutuskan untuk berjuang menyelamatkan Bank
Semesta. Para bedebah masa lalu, si pejabat bintang tiga kepolisian dan si
petinggi kejaksaan, turun langsung atas penyidikan Bank Semesta. Thomas tidak
akan membiarkan masa lalu terulang kembali.
Waktu
Thomas kurang dari 3 hari untuk menyelamatkan Bank Semesta. Thomas membawa
kabur Om Liem menggunakan ambulans yang terparkir di halaman rumah omnya yang
dikepung kumpulan polisi menuju tempat paling aman. Tempat peristirahatan Opa,
Waduk Jatiluhur. Dan ia pun mengumumkan di depan para wartawan bahwa, “Bank
Semesta akan ditutup,” kabar yang sangat mengejutkan.
Sebuah
keuntungan bagi Thomas karena tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya memiliki
keterkaitan khusus dengan Bank Semesta sebagai pewaris, bukan hanya sebagai
konsultan keuangan professional yang ditunjuk langsung oleh Om Liem untuk
mengatasi perkara ditutupnya bank tersebut sebagaimana diketahui orang-orang.
Dengan ini, Thomas memanfaatkan kesempatan dan waktunya yang terbatas dengan
meluncurkan rencana-rencana nekat, didampingi oleh keberadaan Julia—seorang
wartawan yang tidak percaya sepenuhnya dengan perkataan Thomas saat
Pertemuan--, Maggie—asisten brillian Thomas--, Rudi—anggota kepolisisan
sekaligus teman petarung--, serta Opa dengan semua pengalaman hebat masa
mudanya dan seluruh pengetahuan yang selalu ia ceritakan kepada Thomas—yang
akhirnya bisa membantu Thomas menemui akhir dari perkara tersebut.
Namun
sayang, di negeri para bedebah, di balik setiap rencana yang kau rangkai,
pengkhianat selalu terlihat seperti teman sejati.
UNSUR-UNSUR
INTRINSIK
1.
Tema : Politik
2.
Kebahasaan :
Baku, jelas, di
beberapa bagian hampir sulilt dimengerti bila tidak dibaca berulang kali.
3.
Manfaat :
Melalui
novel ini, kita lebih menyadari bahwa proses politik dan ekonomi yang
berlangsung di Indonesia termasuk kotor. Janji diikrarkan untuk diingkarkan,
rencana kotor dijalani dengan senyum tanpa dosa.
4.
Tokoh dan Penokohan
a. Thomas : - Pemuda yang cerdas
- Cekatan
- Nekat
b. Om Liem
:
- Ambisius
c. Julia : - Baik
- Rela menolong
- Ramah
- Pemarah
d. Maggie : - Berguna di saat genting
- Pintar
- Cekatan
- Brilian
e. Opa : - Selalu cerewet
menceritakan pengalaman masa mudanya
- Penyayang
f. Rudi,
Randy : - Teman yang setia
- Selalu menepati
janji
g. Tunga,
Wusdi : - Bedebah
- Pengkhianat
h. Ram : - Ambisius
- Pengkhianat
i. Kadek :
- Selalu bisa diandalkan
5.
Alur
Alur
maju-mundur atau campuran karena pengarang menceritakan ceritanya dengan
keadaan masa sekarang dimana Thomas merangkai rencana nekatnya, lalu reka ke
masa lalu—menceritakan masa lalu Thomas--, tiba-tiba kembali ke masa sekarang,
dan terus berulang hingga beberapa kali.
6.
Latar
a. Tempat : - London
- Jakarta,
- Denpasar,
- Singapore
- Dermaga Sunda Kelapa,
- Kantor Thomas,
- Gedung Bank Semesta,
- Lautan
b. Waktu :
Dimulai dari hari Sabtu
pukul 02.00 am – Selasa pagi (penuh)
c. Suasana : - Tegang
- Mencekam.
7.
Sudut pandang : Orang
pertama pelaku utama
8.
Gaya bahasa :
a. Ironi
“Mungkin
mereka lebih sering berteriak “Merdeka!” dibanding pahlawan nasional yang dulu
berperang langsung siang-malam melawan penjajah Belanda.”
b. Interupsi
“Belajar
menyetir mobil—aku membuat mobilnya menggelinding masuk ke dalam waduk—belajar
mengemudi speedboat,….”
c. Personifikasi
“Wajah
marahnya segera terlipat, dia mematung sejenak.”
d. Hiperbola
“Mereka membabi buta menembaki kapal.”
e. Metonimia
“…Ketakutan terbesar bagi seorang pelaut
paling tangguh sekalipun. Pasifik tidak menuju ke Hongkong, bukan?” (Pasifik
adalah yacht milik opa)
9.
Amanat
Jangan
terlalu mudah percaya kepada siapapun, karena orang terdekat bisa menjadi
pengkhianat. Dan justru, terkadang, orang paling jauh sekalipun bisa menjadi
orang yang paling bisa dipercaya.·
Yogyakarta, 24 Februari 2018
M. Naufal Fadhil MA
No comments:
Post a Comment