- Identitas
Buku
Judul : Kau Aku dan Sepucuk
Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2012
Tempat
Terbit : Jakarta
Jumlah
Hal. : 512
- Sinopsis
Diawali dari kisah seorang anak laki-laki berumur 6 tahun berlatar
di pinggiran Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat. Anak itu, bernama
Borno, hingga umurnya yang kedua belas tahun, ayahnya kecelakaan saat sedang
mengemudikan sepit dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Saat itu Pak Tua,
Bang Togar, Koh Ahcong, dan Cik Tulani ikut ke rumah sakit, hingga akhirnya
Ayah Borno menginginkan jantungnya didonorkan kepada orang lain.
Saat Borno beranjak dewasa, dengan berbagai pekerjaan yang
dilakoninya, mulai bekerja di pabrik karet, tukang karcis di kapal Feri, hingga
akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai pengemudi sepit dan pada hari pertama
dia membawa penumpang dengan sepit, dia melihat seorang gadis keturunan cina,
dan dia begitu tertarik dengan wanita itu. Hingga saat menepi, dia melihat
sebuah amplop angpau merah, dia mengira amplop itu milik gadis cantik itu.
Akhirnya setelah beberapa hari dia bertemu kembali dengan gadis itu, dan
ternyata gadis itu sedang membagi-bagikan angpau yang sama kepda orang-orang,
maka Borno menyimpan kembali angpau itu.
Semakin hari Borno tertarik dengan gadis itu, namun tidak berani
untuk berkata sesuatu padanya. Hingga Borno tahu bahwa gadis itu selalu pergi
jam 7.15 untuk magang di sebuah sekolah SD. Maka, dengan perhitungan yang
tepat, Borno selalu sengaja diam di antrian sepit nomor 13, agar gadis itu
tepat menaiki sepitnya. Dan ternyata,
taktik Borno itu tepat, hingga akhirnya dia tahu siapa nama gadis itu, yaitu
Mei. Hari ke hari, bulan ke bulan, dia kenal dangan gadis itu, namun gadis itu
sempat beberapa kali pergi ke surabaya tempat kuliahnya, kemudian kembali lagi
ke Pontianak, dan begitulah. Kisah mereka rumit. Hingga akhirnya Mei tidak mau
lagi menemui Borno.
Borno begitu hampa tanpa adanya Mei setelah setahun sejak Mei
memutuskan untuk kembali ke Surabaya. Hingga seorang bibi yang merawat rumah
Mei di Pontianak memberitahu Borno, bahwa Mei sudah terbaring sakit selama 3
bulan di Surabaya. Dan bibi bertanya soal angpau yang sengaja dijatuhkan Mei di
Sepit saat pertama kali mereka bertemu.
Dalam suratnya, Mei ternyata telah lama memperhatikan Borno, dan
selalu ingin naik sepitnya Borno. Alasan Mei memutuskan untuk mencari Borno
adalah ternyata ibunya yang seorang dokterlah yang membelah dada ayahnya untuk
memberikan jantungnya pada orang lain, yang tak lain adalah ayahnya Sarah, yang
sekarang adalah seorang dokter gigi yang kemudian sangat baik kepada keluarga
dan teman-teman Borno. Ibunya Mei menginginkan sebuah prestasi jika telah
berhasil melakukan operasi itu. Namun, melihat Borno kecil yang terus menangis
dan dipeluk ibunya, dokter itu tak tega dan merasa bersalah, hingga mengalami
depresi berat, dan akhirnya meninggal. Maka, Mei berulangkali meminta maaf
dalam surat itu.
- Unsur
Intrinsik
A. Tema
Perjuangan Cinta
B. Latar
·
Waktu :
Pagi, Siang, Sore, Malam
·
Suasana :
Tegang, Sebal, Senang, Rindu, Sedih, Sepi, Malu
·
Tempat :
Tepi Sungai Kapuas, Gang Sempit, Rumah Sakit, Rumah Pak Tua, Rumah Borno, Dermaga
Sungai Kapuas, Warung Cik Tulani, Surabaya.
C. Alur
Maju mundur atau campuran
D. Sudut
pandang
Orang pertama pelaku utama
E. Penokohan
·
Borno : Baik hati, optimistis,
polos, gigih, pekerja keras, dan sederhana
·
Pak
Tua : Baik, bijaksana,
penuh dengan cerita filosofis dan petuah cinta
·
Ibu
Borno : Baik dan penuh
kasih sayang
·
Bang
Togar : Galak, pemarah, berjiwa
keras, setiakawanan
·
Mei : Ramah, akrab, tulus, dan
misterius
·
Andi : seorang sahabat yang baik,
antusias dan bersemangat
·
Cik
Tulani : Cerewet dan Peduli
·
Koh
Acong : Pandai Matematika dan baik
hati kepada Keluarga Borno
F.
Amanat
Cinta itu adalah perbuatan yang bisa dilandaskan
oleh pengorbanan, ketulusan memaafkan dan keberanian.
- Unsur
Ekstrinsik
·
Nilai Moral
Di sini, tokoh utama
digambarkan sebagai sosok pemuda yang mempunyai perangai yang baik dan
rasa setia kawan yang tinggi.
·
Nilai Sosial
Hal itu dibuktikan rasa setia
kawan yang begitu tinggi antara tokoh Borno, Andi, Pak Tua, Bang
Togar, Cik Tulani dan Ibu Borno Saijah. Masing-masing saling mendukung dan
membantu antara satu dengan yang lain.
·
Nilai Adat istiadat
Adat kebiasaan saling
menyapa menghargai satu sama lain walaupun berasal dari suku yang berbeda
Suku Melayu, Suku Dayak, Suku Batak, Cina dan Bugis. Ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu berkerja sebagai karyawan karet
dan sebagai pengemudi sepit.
·
Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini
juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana. “Aku malu
sudah memegang tangannya. Itu dosa,”.
- Majas
- Idiom
No comments:
Post a Comment