Wisata Yogyakarta yang Tersembunyi : Hutan Pinus Asri Imogiri

        Udah janji bulan mei mau review tempat ini tapi ifti lupa terus dan males. Eh sekarang udah lupa beneran mau nyeritain apa. eh inget dikit dikit deng.
        So,  berawal dari kakakku yang tinggal di Bekasi (anak dari kakaknya mama), dia sedang libur,  nunggu sidang skripsinya. Jadi dia memutuskan untuk di jogja beberapa hari buat jalan jalan. Well yang itu tadi tidak penting.
          Berawal dari kebingungan mau kemana, tapi aku punya rencana buat ke Imogiri aja, toh disana -katanya-  tempat wisatanya banyak tinggal milih tengok kanan kiri. Awalnya cuman mau ke Puncak Becici, eh waktu menuju kesana ngelewatin kayak satu tempat wisata gitu tapi masih sepi, kayaknya pengelolaannya juga masih baru deh. Pulang dari Puncak Becici mampir disitu. Namanya Hutan Pinus Asri.
       Parkir di barat jalan sebarangnya, cuman dua rebai coy. Terus nyebrang ke loket masuk. Tidak dinyana nyana ternyata tiket masuk per orang cuman dua rebu juga. Saran nih buat yang mau jalan jalan mending bawa uangnya banyakin yang dua rebuan aja, jangan bawa uang yg gede gede,  ntar nungguin kembaliannya lama. Yah gimana ya udah bawa uang lemapuluhrebu eh ternyata dua rebu doang, kan agak kecewa gitu ya uangnya ga kepake ((congkak sumpah lu congkak banget if padahal dua rebu juga cuman dibayarin)).
      Terus masuk gituya dari gapuranya. Awal komentar "kok sepi sih" yaudah deh poto poto disitu mpe puas, eh ternyata makin siang makin banyak tuh wisatawan yang dateng langsung jalan lurus ketimur. Lah penasaran kan di timur ada apa, kita mbuntutin tuh mamas mamas didepan tadi. Jalannya setapak, atiati licin apalagi kalo habis hujan. Agak salah pake sendal juga sih, soalnya sendalku sepatu sendal buat ngampus itu (kan agak gendeng kan, udah tau jalan jalan ke hutan pake sendal kek gitu).  Ternyata jalannya mayan jauh juga. Gapapa namanya juga liburan ya harus dinikmati.
      Nah ternyata ujungnya tuh kayak gardu pandang gitu gengs,  sama kaya ada rumah pohon juga disampingnya. Pokoknya keren banget kita bisa liat gunung gunung dibawah kita. Tapi ati ati bawahnya langsung jurang. Disana juga baru aja ditanemin bunga bunga, bagus tuh kalo udah gede bunganya. kan ini tempatnya masih baru gitu kan, jadi fasilitasnya belum maksimal banget menurutku. Mungkin untuk beberapa bulan kedepan tempat ini udah jadi rame banget kayak di Puncak Becici atau tempat wisata lainnya di Imogiri.
    So gengs wat kleand yang liburan ke Jogja,  jangan cuman ke Malioboro shopping terus ke Tamansari aja. Di Bantul banyak banget nih tempat wisata yang nggak kalah keren sama yang di kota Yogya, murah lagi. Tapi,  harus inget, tetep jaga sopan santun ya, jaga lingkungan,  jangan buang sampah sembarangan,  biar Jogja tetep Istimewa. E busetdah aku ngomong apa. Oke bye ya




Maapin ye kalo komuk writernya nggak senonoh tapi ikut diaplut, gak narsis gak eksis

Culture is a descriptive not an evaluative concept

IFTI LUTHVIANA DEWI/15202241020
 
Culture is a descriptive not an evaluative concept
1.      Inadequate Conceptions of Culture
There are at least six mutually related ideas about culture that we call inadequate. These ideas are often found in the writings and practice of individuals.
a. Culture is homogenous.
(-) it provides clear and unambiguous behavioral “instructions” to individuals
(-) once grasped or learned by an outsider
b. Culture is a thing.
c. Culture is uniformly distributed among members of a group.
d. An individual possesses but a single culture
e. Culture is custom.
f. Culture is timeless.
These six inadequate ideas about culture are related and mutually reinforcing. Using them, we argue, greatly diminishes the utility of the culture concept as an analytical tool for understanding social action, in this case, conflict and conflict resolution.
2.      Levels of Analysis and Fallacies to Avoid
Culture-level measures can best be used to explain culture-level variation; individual-level measures can best be used to explain individual-level variations. Since most social psychological research is conducted with individuals, there is a pressing need for more researchers to use such individual-level measures, rather than relying on cultural-level characterisations such as those provided by Hofstede (Bond, 1996b)
Triandis et al. (1985) proposed that in order to avoid confusion between analyses conducted at the level of cultures and analyses based at the level of individuals, we should use different but related pairs of concepts. Their suggestion was that we use the term ‘allocentric’ to describe a culture member who endorses collectivist values, but the point of making the distinction is that there will also be a minority of such persons individualist cultures.


3.      Culture and Related Terms
a.      Culture and Nation.
Nation is a political term referring to a government and a set of formal and legal mechanisms that have been established to regulate the political behavior of its people. The culture, or cultures, that exist within the boundaries of a nation-state certainly influence the regulations that a nation develops, but the term culture is not synonymous with nation.
b.      Culture and Race.
Race commonly refers to genetic or biologically based similarities among people, which are distinguishable and unique and function to mark or separate groups of people from one another. Race can, however, form the basis for prejudicial communication that can be a major obstacle to intercultural communication. Categorization of people by race in the United States, for example, has been the basis of systematic discrimination and oppression of people of color.
c.       Culture and Ethnicity
Ethnic group is another term often used interchangeable with culture. Ethnicity is actually a term that is used to refer to a wide variety of groups who might share a language, historical origins, religion, identification with a common nation-state, or cultural system. The nature of the relationship of a group’s ethnicity to its culture will vary greatly depending on a number of other important characteristics.
d.      Culture, Subculture, and Coculture
 Subculture is also a term sometimes used to refer to racial and ethnic minority groups that share both a common nation-state with other cultures and some aspects of the larger culture. Often, for example, African Americans, Arab Americans, Asian Americans, Native Americans, Latinos, another groups are referred to as subcultures within the United States.
4.      Culture and Identity

Culture is not the same as identity. Identities consist of people’s answers to the question: Where do I belong? They are based on mutual images and stereotypes and on emotions linked to the outer layers of the onion, but not to values.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “PENGAMATAN STOMATA DAN TRICHOMATA”

LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI
“PENGAMATAN STOMATA DAN TRICHOMATA”





OLEH :






SMA N 1 BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
I.                    Tujuan
Untuk mengetahui derivat epidermis daun ( Stomata dan Trichomata ).

II.                 Dasar teori
a.       Stomata
Stomata merupakan derivat epidermis yang ada pada seluruh daun pada setiap tanaman. Stomata terdiri atas sel penjaga dan lubang stomata. Pada sebagian besar tanaman dikotil menurut bentuk sel penjaganya memiliki tipe ginjal sedangkan pada monokotil bertipe halter.
Fungsi stomata        :
1.    Sebagai jalan masuknya CO2 dari  udara pada proses  fotosintesis.
2.   Sebagai jalan penguapan (transpirasi).
3.   Sebagai jalan pernafasan (respirasi).

b.      Trichomata
Trikoma terdiri atas sel tunggal atau banyak sel. Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi tidak besar dan terbentuk dari jaringan epidermis atau di bawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk dari jaringan stele disebut spina.  Trikoma biasanya terletak pada akar, daun, batang, bunga, buah, maupun biji.  Pada sel epidermis, trikoma muncul dari epidermis atas.  Ada trikoma yang mempunyai kelenjar sekretori dan ada juga yang tidak. Peranan trikoma bagi tumbuhan, antara lain sebagai berikut :
a.       Trikoma yang terdapat pada epidermis daun berfungsi untuk mengurangi penguapan.
b.      Menyerap air serta garam-garam mineral.
c.       Mengurangi gangguan hewan.
d.      Trikoma mampu meneruskan rangsang dari luar dan membantu penyebaran biji.

III.               Alat dan bahan
Alat :
1.      Mikroskop cahaya
2.      Kaca benda
3.      Kaca penutup
4.      Silet
5.      Pipet tetes
6.      Gelas kaca
Bahan :
1.      Daun waru ( Trichomata ) à Diiris tulang daunnya
2.      Daun Sukun ( Trichomata ) à Diiris tulang daunnya
3.      Daun jagung ( Stomata ) à Diiris epidermis bawah
4.      Daun Rhocodiscolor ( Stomata ) à Diiris epidermis bawah

IV.              Cara kerja
1.      Menyetel di mikroskop.
2.      Mengambil air dengan menggunakan gelas kaca.
3.      Mengiris tulang daun (epidermis bawah ) dari daun waru dan daun sukun,lalu letakkan diatas kaca preparat dan tetesi air menggunakan pipet.
4.      Mengamati Trichomata melalui mikroskop dan memfotonys.
5.      Mengiris epidermis bawah dari daun jagung dan daun Rhocodiscolor,lalu letakkan diatas kaca preparat dan tetesi air menggunakan pipet.
6.      Mengamati stomata melalui mikroskop dan memfotonys.

V.                 Hasil pengamatan

1.      Daun waru

2.      Daun jati
 

3.      Daun jagung
 

4.      Daun Rhocodiscolor
 

VI.              Pembahasan
1.      Daun waru ( Trichomata )
Pada daun waru yang telah diamati tampak adanya trikomata dengan jenis rambut bercabang bersel banyak  dan berwarna hijau agak tua. Trichomata tersebut terletak pada lapisan epidermis.Rambut-rambut ini berbentuk seperti bintang.

2.      Daun jati ( Trichomata )
Pada daun waru yang telah diamati tampak adanya trikomata yang tersebar secara tunggal.Trichomata tersebut terletak pada lapisan epidermis

3.      Daun jagung ( Stomata )
Pada irisan jagung (Zea mays) terlihat adanya stomata yang dikelilingi sel tetangga yang melingkar secara radial yang jumlah sel tetangganya berjumlah empat atau lebih. Tipe stomata pada daun jagung adalah dianthus diasitik.

4.      Daun Rhocodiscolor ( Stomata )
Pada irisan daun Rhocodiscolor dapat dilihat bahwa stomata terletak diantara sel penjaga dan kesatuan tersebut terletak diantara sel-sel epidermis.

V.     Kesimpulan
1.      Semua tumbuhan memiliki stomata,tetapi tidak semua tumbuhan mempunyai stomata dikedua permukaan daunnya,karena ada yang hanya mempunyai stomata dipermukaan atas atau bawah daun saja.
2.      Trichomata dan stomata terdapat pada sel epidermis tumbuhan (daun).
3.      Bentuk modifikasi epidermis (trikoma) pada daun berbeda beda antara tumbuhan satu dengan yang lain.



LAPORAN PRAKTIKUM MENGIDENTIFIKASI TUMBUHAN PTHERYDOPHYTA

LAPORAN PRAKTIKUM
MENGIDENTIFIKASI TUMBUHAN PTHERYDOPHYTA



SMA-1-Bantul
 













 

Disusun Oleh:
Muhammad Naufal Fadil (25/X MIPA 9)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANTUL
Jl. KHA Wahid Hasyim Bantul, Yogyakarta
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN


I.                   Tujuan
1.      Memahami ciri tumbuhan dan struktur tumbuhan paku
2.      Menjelaskan klasifikasi tumbuhan paku
3.      Menemukan contoh dari masing kelas tumbuhan paku
4.      Menjelaskan cara reproduksi ( metagenesis) tumbuhan paku
5.      Menjelaskan peranan tumbuhan paku dalam kelangsungan kehidupan di bumi

II.                Dasar Teori
Tumbuhan dapat dibedakan antara lain tumbuhan yang tidak berpembuluh (Lumut/ Bryophyta), tumbuhan berpembuluh tidak berbiji (Paku/ Pteridophyta) dan tumbuhan berpembuluh berbiji (Spermatophyta). Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut Pterydophyta. Sebagian besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah dalam bentuk rimpang yang disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut. Akan tetapi, ada pula tumbuah paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea. Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering.
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku pada perkembang biakannya menunjukkan pergiliran keturunan, yaitu fase sporofit dan fase gametofit. Gametofit tumbuhan paku memiliki beberapa perbedaan dengan gametofit lumut, yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan dengan protalium tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang terdapat pada bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat pada lekukan bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium di antara rizoidnya


BAB II
ISI

I.                   Alat dan Bahan
1.      Berbagai jenis tumbuhan paku
2.      Cawan petri atau wadah plastik
3.      Lup/kaca pembesar
4.      Mikroskop

II.                Cara Kerja
Amati morfologi jeni-jenis tumbuhan paku yang anda bawa
Degan menggunakan lup, identifikasi bagian-bagian akar, batang , daun dan organ reproduksinya.
Lanjutkan pengamatan sorus yang terdapat pada paku. Sapukan kuas atau tusuk gigi
Letakkan di atas kaca benda, tutup dengankaca penutup
Amati sporangium dengan mikroskop

III.             Bahan diskusi
1. Tentukan ciri-ciri plantae!
2. Tentukan ciri-ciri lumut (Bryophyta)!
3. Tentukan ciri-ciri paku (Pteridophyta)!
4. Tentukan ciri-ciri tumbuhan berbiji (Spermatophyta)!

IV.             Hasil Pengamatan

No
Bagian
Keterangan
Gambar
(Tanaman Utuh)
1.
Akar
Akar yang terdapat pada tumbuhan paku memiliki sifat seperti pada akar serabut. Ujung akar tumbuhan paku mendapat perlindungan dari kaliptra. Jaringan akar tumbuhan paku tersusun atas jaringan epidermis, korteks, dan silinder pusat.

20160204_142147.jpg
2.
Batang
Batang tumbuhan paku bentuknya menyerupai rimbang dan tersusun atas jaringan epidermis, korteks, dan silinder pusat. Tumbuhan paku sudah memiliki pembuluh angkut (tracheophyta) pada silinder pusat terdapat




3.
Daun
Daun tumbuhan berbentuk melingkar dan menggulung pada saat muda dan terdiri dari daging daun, tulang daun dan juga epidermis yang tersusun atas jaringan epidermis, mesofil, dan pembuluh angkut.

20160204_142444.jpg
4.
Sporangium
Sporangium adalah tempat pembentukan spora pada tumbuhan paku. Sporangium bias terdiri dari satu sel ataupun multisel. Sporangium menghasilkan spora dengan cara mitosis. Berkumpulnya sporangium pada tumbuhan paku bermacam-macam seperti Sporokarpium, Strobilus, Sorus




V.                Bahan Diskusi

1.      Ciri-Ciri Plantae          :
§  Multiseluler
§  Autrotrof
§  Eukariotik
§  Bereproduksi secara seksual
§  Hidup di daratan atau perairan
§  Sel Tumbuhan memiliki dinding selulosa
§  Mengandung klorofil A dan B dan pigmen karotenoid, untuk memanfaatkan energi matahari.
§  Tumbuhan organisme multisel dengan sel yang khusus untuk membentuk jaringan dan organ
§  Memiliki organ reproduksi yang terlindung oleh sel-sel non-reproduksi untuk menghindari gamet atau sel kelamin tidak mengering.

2.      Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
§  Tidak berpembuluh karena tidak memiliki daun, batang, maupun akar sejati.
§  Bentuk tubuh thalus (belum bisa dibedakan akar, batang, daun sejati)
§  Berukuran kecil. Kebanyakan tidak sampai 1-2 cm. Namun ada juga yang sampai 20 cm.
§  Berwarna hijau karena mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis (autotrof).
§  Multiseluler.
§  Dominan pada fase Gametofit
§  Tidak memiliki pembuluh seperti xylem dan floem. Air masuk ke dalam tubuh lumut secara imbibisi, sedangkan hasil fotosintesis didistribusikan secara defusi, daya kapilaritas, dan dengan aliran sitoplasma.
§  Dinding sel terdiri dari selulosa.
§  Merupakan peralihan antara Thallophyta (tumbuhan bertalus) dan Cormophyta (tumbuhan berkormus).
§  Daun tersusun atas selapis sel (kecuali pada ibu tulang daun, dengan tebal 15 sel) berukuran kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Kloroplas tidak terdapat pada ibu tulang daun.
§  Permukaan luar tubuh dilapisi dengan lapisan berlilin (kutikula dan gametangia)yang berfungsi untuk menahan masuknya air dan mengurangi penguapan.
§  Akar berupa rizoid (akar semu) yang terdiri atas beberapa lapis sel parenkim dan berbentuk seperti rambut/benang-benang. Akar tersebut juga berfungsi untuk melekatkan lumut.
§  Zigot berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina.
§  Sperma diproduksi oleh anteridium dan ovum diproduksi oleh arkegonium.
§  Hanya mengalami pertumbuhan primer. Pertumbuhan lumut hanya memanjang dan tidak dapat membesar (melebar).
§  Mengalami metagenesis yaitu pergiliran keturunan antara fase vegetatif (fase sporofit) dan fase generatif (fase gametofit). Tumbuhan lumut yang sering terlihat merupakan fase gametofit.
§  Hidup secara berkoloni.

3.      Ciri-ciri Paku (Pterydophyta)
§  Tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
§  Memiliki berkas pembuluh angkut. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem dan floem
§  Terdiri atas dua fase generasi, yaitu sporofit (menghasilkan spora) dan gametofit (menghasilkan sel kelamin).
§  Fase sporofit memiliki sifat lebih dominan dari fase gametofit.
§  Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun tropofil (untuk fotosintesis) dan daun sporofil (penghasil spora).
§  Berdasarkan bentuknya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun mikofil (daun kecil) dan daun makrofil (daun besar)
§  Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
§  Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
§  Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara vegetatif dengan pembentukan gemmae dan reproduksi generatif dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
§  Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
§  Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya autotrof.

4.      Ciri-ciri tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
§  Telah memiliki akar, batang dan daun sejati serta berkas pengangkut sehingga termasuk ke dalam kelompok tumbuhan Tracheophyta.
§  Tubuhnya makroskopis dengan ukuran yang bervariasi. Dapat berupa semak, perdu, pohon, atau liana.
§  Alat perkembangbiakan jelas antara jantan dan betina yang berupa bunga atau strobilus, dan dalam reproduksinya akan menghasilkan biji yang di dalamnya terdapat embrio.
§  Generasi saprofitnya berupa tumbuhan dan generasi gametofitnya berupa bunga.
§  Cara hidup fotoautotrof
§  Mempunyai pembuluh floem dan xilem
§  Reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi)
BAB III
PENUTUP
I.                   Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang berkormus atau memiliki akar, batang dan daun sejati. Daun mudanya menggulung. Memiliki rizom atau batang tumbuhan paku yang berada di dalam tanah. Pada rizoma terdapat akar serabut. Perkembangbiakan secara vegetatif dengan cara membentuk spora. Spora dihasilkan spongarium di daun tumbuhan paku. Perkembangbiakan secara generatif dengan cara peleburan antara spermatozoid dengan ovum yang dihasilkan oleh protalium.

II.                Saran
Praktikan sebaiknya lebih berhati-hati dalma mengambil sorus pada daun agar dapa terlihat jelas ketika sedang diamati menggunakan mikroskop.


















LAMPIRAN










 




















DAFTAR PUSTAKA
 x/ciri-ciri-tumbuhan-paku-pteridophyta/ (28 Januari 2013)
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta:
GadjahMada University.
Sianipar, Prowel. 2010. Biologi. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher



Ads